Narkoba di Empang Cermin Buram yang Harus Kita Bersihkan

Oleh: Bakti Adisyah

Selasa malam, 23 September 2025, masyarakat Empang kembali dikejutkan oleh kabar penangkapan pengedar narkoba. Kejadian ini menambah daftar panjang kasus serupa yang menimpa daerah kita. Sebagian orang mungkin langsung menghujat pelaku, menyematkan label buruk, atau bahkan bersorak seolah kejatuhan orang lain adalah hiburan. Padahal, jika kita mau merenung sejenak, kasus ini sejatinya adalah cermin buram yang memantulkan wajah kita sebagai masyarakat.

Narkoba memang merusak. Ia menghancurkan tubuh, menjerat pikiran, dan pada akhirnya menutup jalan masa depan. Tetapi di balik cerita tentang pelaku yang ditangkap, ada sisi lain yang seharusnya menyentuh nurani kita: di balik kesalahan, selalu ada ruang untuk perbaikan. Pepatah mengatakan, “Tidak ada manusia yang terlahir suci lalu tidak pernah ternoda, yang penting adalah bagaimana ia kembali.”

Masyarakat Empang sepatutnya menjadikan kasus ini sebagai alarm bersama. Bahwa narkoba tidak hanya menyasar mereka yang dianggap “nakal”, tetapi bisa masuk ke setiap lapisan, bahkan ke ruang-ruang yang tampak aman sekalipun. Oleh karena itu, membangun benteng moral dan sosial menjadi lebih penting daripada sekadar menuding jari.

Para pelaku yang terjerat kasus narkoba membutuhkan kesempatan untuk kembali, bukan hanya hukuman. Tobat adalah jalan panjang, dan setiap orang berhak mendapat peluang untuk memperbaiki diri. Seperti pepatah Arab, “Kesalahan bukanlah akhir kehidupan, tetapi awal dari kebijaksanaan jika engkau mau belajar darinya.”

Namun, itu bukan berarti kita menutup mata terhadap bahayanya narkoba. Pemerintah, aparat keamanan, sekolah, tokoh agama, dan orang tua harus semakin memperkuat edukasi serta pengawasan. Anak-anak dan remaja perlu diarahkan agar tidak mencari pelarian semu dari masalah hidup. Sebab, narkoba hanya menawarkan kenikmatan sesaat yang dibayar dengan penderitaan panjang.

Lebih dari itu, masyarakat harus belajar lebih peduli. Jangan sampai kita sibuk di ruang pribadi, lalu abai dengan lingkungan sekitar. Jika ada tanda-tanda penyalahgunaan narkoba di sekitar kita, jangan diam. Saling menegur, saling mengingatkan, bahkan saling merangkul adalah cara terbaik untuk memutus mata rantai peredaran barang haram ini.

Kasus Selasa malam lalu hendaknya tidak hanya tercatat sebagai kabar buruk, melainkan menjadi momentum refleksi: sejauh mana kita peduli pada generasi muda, sejauh mana kita melindungi rumah kita sendiri dari bahaya narkoba. Mari kita jaga Empang agar tidak menjadi lahan subur bagi racun yang merusak masa depan.

“Orang bijak belajar dari kesalahan, orang bodoh jatuh pada kesalahan yang sama. Semoga kita semua memilih jalan yang pertama.”

Penulis: Merupakan Guru di SMA Empang

Berita Lainnya :