SUMBAWA – Tradisi unik dan penuh makna kembali menjadi sorotan. Event Balap Ojek Gabah yang kini mulai dikenal luas di berbagai desa ternyata lahir dari tangan seorang pemuda asal Desa Songkar, Kecamatan Moyo Utara. Ia adalah Purnadinata, S.Pd, atau yang akrab disapa Ipung, sang inisiator pertama kali menggagas perlombaan ini pada tahun 2021, tepat setelah panen kedua.
Ipung menceritakan, ide tersebut muncul dari kondisi alam dan aktivitas masyarakat petani saat itu. Menurutnya, Balap Ojek Gabah bukan hanya sekadar ajang balapan yang memacu adrenalin, namun juga memiliki filosofi yang sangat unik.
“Pertama, event ini kami selenggarakan sebagai bentuk euforia atas melimpahnya hasil panen masyarakat. Kedua, sekaligus menggambarkan perubahan cara membawa gabah dari masa ke masa,” ujarnya.
Ia menuturkan, dahulu para petani harus memikul padi atau menggunakan kuda untuk mengangkut gabah, dan prosesnya memakan waktu berhari-hari. Namun dengan hadirnya motor ojek gabah, masyarakat kini terbantu karena proses pengangkutan menjadi jauh lebih cepat dan efisien.
Event perdana yang ia gagas pada tahun 2021 itu diikuti oleh sekitar 32 peserta. Menariknya, meskipun event tersebut pertama kali digelar, antusiasme peserta dari berbagai wilayah sudah terlihat. Pesertanya datang dari Desa Kakiang Kecamatan Moyo Hilir ( 2 orang), Desa Berare (1 orang), serta dari Kecamatan Maronge Desa Simu (2 orang). Namun peserta terbanyak berasal dari Desa Songkar, Kecamatan Moyo Utara, yang sekaligus menjadi tuan rumah pertama kegiatan tersebut.
Dalam wawancaranya Ardi Admaja akrab disapa Nada Musik juga menerangkan bahwa dasar lahirnya pemikiran bersama kawan-kawan, adanya event serupa yang terselenggara di sulawesi sebelumya. Ini bagus untuk dikembangkan di daerah kami, saya yakin masyarakat mempunyai minat tinggi dan akan menjadi sebuah tradisi. Ujarnya
Seiring berjalannya waktu, Balap Ojek Gabah kini berkembang menjadi tradisi baru yang dinantikan masyarakat. Kegiatan ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menyatukan semangat kebersamaan, memperkuat hubungan antarpetani, dan menjadi wujud rasa syukur atas rezeki hasil panen.
Dengan kiprah Ipung sebagai inisiator, Balap Ojek Gabah lahir dari sebuah gagasan sederhana namun bernilai budaya tinggi. Ia berhasil mengangkat tradisi lokal yang kini tumbuh menjadi identitas baru bagi masyarakat Songkar dan desa-desa lainnya. Event ini pun perlahan menjelma menjadi simbol kreativitas pemuda desa dalam menjaga dan mengembangkan budaya lokal.





